TUBABA(RN)–Kabupaten Tulang Bawang Barat, Provinsi Lampung menjadi Kabupaten yang bukan-bukan.
Kabupaten Tulang Bawang Barat di sebut Tubaba Bumi”Ragem Sai Mangi Wawai” karena masyarakatnya sudah menyatukan jiwa kearifan lokal menuju pulang ke masa depan.
Terpesonanya banyak mata ketika melihat bangunan simbol kearifan budaya yang berdiri kokoh di atas bebatuan, membelah pertigaan ruas jalan utama Tubaba yang tak lain adalah tugu rato nago besanding yang menggambarkan sepasang pengantin mengenakan pakaian kebesaran adat lampung pepadun Tubaba, menunggangi sepasang naga menarik rato kereta kencana.
Konon dalam cerita (hikayat) naga adalah binatang melata khayalan yang merupakan gabungan anatomi dari berbagai kekuatan untuk kemudian diharapkan masyarakat Tubaba dapat melanjutkan cita-citanya maju dan mensejajarkan diri dengan daerah otonomi baru yang lain.
Tikungan tajam yang lebih dikenal dengan nama leter S Panaragan, dulu merupakan lintasan jalan yang menyeramkan, kini berdiri kokoh bangunan tugu relief marga empat Tulang Bawang Barat yang mencerminkan wajah perwakilan tokoh marga empat yakni marga tegamoan, marga buay bulan udik, marga suway umpu, dan marga aji yang dimaksudkan untuk menghormati keluhuran budaya yang harus dijaga dari kepunahannya.
Kabupaten Tubaba, dimana kabupaten yang Bukan-bukan menjadi lirikan Wisatawan lokal hingga ke Manca Negara.
Dikatakan kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Tulang Bawang Barat Mansyur Yusuf bahwa Tubaba itu bukan hanya singkatan dari tulang Bawang Barat ,Tubaba itu masa depan yang di miliki masyarakat.
“Melalui gagasan Bupati Umar Ahmad, Tubaba berusaha menciptakan ruang , SDM dengan menyatukan Kebudayaan dan kearifan lokal,” kata Mansyur Yusuf saat Melakukan Jumpa Pers Uji Kompetensi Wartawan (UKW) PT. Aksara Solopos, di Wisma Asri, Desa Tirta Kencana, Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang Bawang Barat, (05/7/2022).
Membangun Tubaba menurutnya, harus ber kearifan budaya dengan memberdayakan Sebesar-besarnya potensi masyarakat, dan mendorong partisipasi aktif masyarakat itu sendiri baik dalam perencanaan maupun dalam pelaksanaan pembangunan, keinginan menjadikan Tubaba maju, sejahtera dan berdaya saing bukanlah khayalan dan retorika belaka.
Gagasan Umar Ahmad itu tidak segan mengundang penulis dan sastrawan Nasional untuk merekam potensi budaya, ekonomi, dan potensi lain yang ada di Tubaba, yang telah melahirkan sebuah buku “karya sastra dari Tubaba” yang dimaksudkan memberitahu khalayak luas baik kancah Nasional bahkan Internasional tentang sebuah Negeri yang bernama Kabupaten Tulang Bawang Barat, untuk kemudian dirumuskan menjadi perencanaan pembangunan yang bermuara kepada Sebesar-besarnya kemajuan Daerah.
“Icon wisata Uluan Nughik, memiliki Nilai penting dalam kehidupan sehari-hari, nilai itu iyalah kesederhanaan, Kesetaraan dan Kelestarian yang di sebutkan Nemen, Nedes dan Nerimo(NeNeMo) ,ketika masyarakat belum memahami Nilai-nilai itu maka belum bisa di sebutkan Tubaba,” ujarnya Mansyur.
Tulang Bawang Barat kabupaten yang bukan ,bukan lintasan bukan tujuan,
Saat ini Tulang Bawang Barat sudah menjadi lintasan dan tujuan.
Dengan dibangunnya Ruang-ruang Wisata itu menjadikan kabupaten Tulang Bawang Barat, kabupaten Lintasan dan tujuan.
“Masyarakat Tubaba tidak lebih 3 % dari total banyaknya masyarakat Lampung, dengan luas 1200 km persegi mampu mendesain kota Ulun Nughik dengan luas 1800 Hektar bisa memancarkan pesona Wisata lokal hingga ke Manca Negara,” kata dia.
Masih kata Mansyur, di desain sedemikian mungkin untuk menciptakan Destinasi Wisata Uluan Nughik (Kawasan Awal dari Kehidupan).
Kawasan las sengok di sebut gerbang Selatan Bumi, Tubaba Pulang ke Masa Depan, Tubaba membangun konsep dengan Budaya.
Masjid Agung Islamic Center. Uniknya, masjid ini memiliki desain tak biasa. Adapun nama masjidnya adalah Masjid Baitus Shobur.
Bangunan masjidnya sendiri dibuat tidak begitu besar, namun memiliki bentuk unik. Ukuran bangunannya sekitar 24 x 24 meter yang melambangkan jumlah sujud salat wajib umat muslim yakni 24 kali.
Masjid ini juga ditopang 114 pilar yang menunjukan ayat Alquran yang berjumlah 114 surat. Lalu tinggi masjid 30 meter yang melambangkan 30 juz Alquran. Bentuk masjidnya persegi lima mengambarkan salat lima waktu dalam sehari semalam. Paling unik dari masjid ini adalah di bagian atap terdapat 99 lobang yang dapat memacarkan cahaya matahari sebagaimana 99 cahaya Asmaul Husna.
Masjid yang dibangun oleh arsitek kelas dunia bermana Andra Matin dan kawan-kawan ini juga dikeliling danau cantik dengan pepohonan yang rindang yang menyerupai bongsai yang tersebar di beberapa sudut taman hijaunya. Sangat menyejukkan dan menenangkan siapapun yang datang ke sana.
Tak jauh dari masjid terdapat bangunan Sesat Agung Tubaba. Bangunan ini merupakan gabungan dari empat rumah besar yang diartikan sebagai rumah besar empat marga besar yang ada di Tubaba. Keempat marga itu adalah Buai Bulan, Marga Aji, Tegamoan, dan Suwai Umpu.
Empat rumah besar ini juga menaungi lima rumah yang mewakili para transmigran dari lima pulau besar di Indonesia yang berbaur menjadi satu atap bersama di Tubaba. Di langit-langit Sesat Agung terdapat ornamen aksara Lampung yang menuliskan nama-nama desa di Tubaba.
“Pintu sudah di copot semua,ruang terbuka, silahkan kepada siapa saja yang mau ke Tubaba,” ucap Masyur.
Tidak lepas dari lirikan mata usai keluar dari komplek Dunia Akhirat, terpampang patung besar menganga di simpang Tiga Kelurahan Panaragan Jaya, ya Icon yang satu ini sangat unik dengan kriteria kearifan lokal.
Pancaran warna dan lekuk gambar yang sangat Fantastik unik ini terlihat dua naga yang sedang menunggangi dua orang pasangan pengantin berbusana adat Lampung Megow Empat Tulang Bawang Barat.
Icon yang satu ini dinamakan
Tugu Rato ,kereta naga bersanding yang membawa pengantin, menyimbulkan keberanian warga Tubaba.
Banyaknya icon Wisata yang menjadi gagasan Umar Ahmad ini bukan hanya di kenal setarap Nasional namun hingga ke Manca Negara.
Bukti nyata berbagai wisatawan asing yang bukan hanya melirik keunikan wisata di Tubaba, namun juga mengikuti berbagai kegiatan dan iven.
“iven internasional, bambu tingkat internasional di hadiri oleh 14 perwakilan Negara, Tubaba sudah dikenal sampai ke manca Negara namun ada kekurangan yaitu tempat penginapan yang belum setara internasional, seperti hotel berbintang, dengan demikian dukungan semua aspek bisa terwujud nantinya,” jelasnya Mansyur.
Berbagai terobosan hingga saat ini, bangunan Wisata di Tubaba hingga sampai dengungan ke telinga Manca Negara.
Berbekal icon wisata dengan konsep kearifan lokal, salah yang menunjang yaitu efek pertumbuhan ekonomi menjadi meningkat.
Tubaba terus membuka ruang untuk Wisatawan secara Gratis. Siapa yang tidak tertarik untuk hadir di Tubaba, wisatawan dari berbagai Negara sudah merasakan indahnya Tubaba.(Reki).
Komentar